Minggu, 21 Juni 2009

Guru Pembangun Kesuksesan Siswa


Heri Kurniwan
Kesuksesan belajar ditentukan oleh keaktifan siswa di dalam kelas ditemani oleh seorang guru ternyata tidak semuanya bisa kita anggap sah dan benar. Karena bagaimana pun guru tetap memiliki posisi cukup signifikan di dalam proses kesuksesan belajar mereka.
Sistem pembelajaran yang hanya memposisikan guru tak lebih sebagai fasilitator di ruang kelas ini secara tidak langsung telah dibantah Harry K. Wong dan Rosemary T. Wong dalam buku How to be an Effektive Teacher ini.
Di buku ini, ke-dua penulis masih tetap ingin menempatkan seorang gurulah yang paling berperan dalam membangun kesuksesan belajar seorang anak di dalam kelas. Penulis sengaja ingin mengajak kembali para guru menyakini eksistensi dirinya. Melalui beberapa konsep dan teori yang ditawarkannya, peran penting mereka akan dikembalikan.
Ada satu penggal peryataan penting penulis, “Prestasi siswa di akhir tahun ajaran berkaitan langsung dengan kemampuan guru membangun kendali yang baik terhadap kelas di minggu pertama tahun ajaran tersebut”. Disinilah pentingnya kehadiran seorang guru terhadap kesuksesan siswa diakhir tahun pembelajaranya.
Guru bukanlah sosok mausia yang mudah dibentuk. Bukan hanya kecerdasan kemampuan mengusai pelajaran secara total yang dibutuhkan. Melainkan masih dibutuhkan juga suatu sikap yang mampu menginjiksi siswa agar motifasinya tumbuh. Guru juga harus mampu memposisikan dirinya menjadi publik figur yang dapat dijadikan suatu teladan, baik di sekolah maupun didalam keseharian siswanya. Inilah salah satu sikap yang semestinya dimiliki oleh seorang guru. Guru yang mampu seperti disebut guru yang efektif.
Mejadi guru yang memiliki sikap pengajaran efektif memang tidaklah mudah. Idealnya, guru efektif adalah guru yang mampu membangun kendali yang baik terhadap ruang kelas di minggu-minggu pertama tahun ajaran. Kendali yang dimaksudkan bukanlah suatu tindakan yang anarkis seperti melibatkan ancaman dan intimidasi. Tetapi kendali berarti mengerti, apa yang sedang dikerjakan, prosedur-prosedur mengendalikan kelas, dan tanggung jawab profesi sebagai pendidik.
Inilah definisi guru efektif, ialah guru yang mampu mengerjakan sesuatu yang tepat secara konsisten dan membangun kendali yang baik di minggu-minggu pertama pengajarannya di sekolah. Selain itu, dirinya harus mengerti bagaimana cara membuka pintu hati dan mengajak siswa-siswa mereka belajar. Yang artinya, guru pun harus mampu mempengaruhi dan menyentuh kehidupan siswa-siswanya.
Ini yang membuat kehadiran seorang guru efektif di ruang kelas itu dianggap sangat penting. Karena guru efektif akan mampu membawa pengaruh baik bagi kehidupan siswa tidak hanya terbatas pada ruang dan waktu. Lalu bagaimana menjadi seorang guru efektif itu?
Ada tiga ciri guru Efektif yang ditulis dalam buku ini. Pertama, memiliki ekspektasi positif terhadap kesuksesan siswa. Ekspektas positif, kadang disebut ekspektasi yang tinggi, atau menaruh harapan yang tinggi pada siswa, dan tidak boleh dicampuradukkan dengan standar yang tinggi. Memiliki ekspektasi positif berarti guru percaya kepada siswanya, bahwa mereka mampu belajar dengan baik secara alamiah. Percaya juga, jika siswanya memiliki kecerdasan yang baik. Karena espektasi positif guru itu didasarkan pada asumsi apa pun yang diharapkan guru dari siswa adalah sesuatu yang akan dihasilkan siswa.
Kedua, mampu memanajemen kelas secara baik. Hal ini cukup membantu keberlangsungan belajar siswa dengan perasaan enjoy tanpa terbebani oleh bermacam hal. Karena itu, guru harus mampu membentuk lingkungan kerja yang produktif dan koomperatif. Dan keefektifan lingkungan seperti itu adalah hasil dari seberapa baik guru me-manage (mengelola) kelas.
Ketiga, penguasaan pelajaran. Ada satu pernyataan tegas dari penulis, “jika anda berani mengajar, anda juga harus berani belajar”. Pernyataan ini dapat dianggap benar, karena melalui belajar, guru akan menguasai mata pelajaran yang akan diajarkan terhadap siswanya. Karena itu, keberhasilan siswa dalam pelajaran adalah hasil dari seberapa baik guru merancang (planing) cara menyampaikan pelajaran dan identifikasi kemampuan siswa dalam penguasaan pelajaran.Sebenarnya, menempatkan guru sebagai orang yang berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan anak bukanlah sesuatu yang baru di negara kita. Jauh-jauh hari, pendidikan di dunia Pesantren telah menerapkan konsep tersebut. Kyai, atau Ustadz sebagai pengajar, tetap menempati posisi central di dalam struktur pengajaran.
Ditengah derasnya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, peran guru tetap menjadi yang terdepan. Karena itu, tuntutan agar para siswa sendiri yang selalu aktif di ruang kelas dengan hanya didampingi seorang guru sebagai fasilitatordalam proses pembelajaran, masih tetap relevan ataukah tidak? Yang jelas, semuanya hanyalah sebuah pilihan dengan berbagai konsekwensi masing-masing.
Buku ini cukup pantas dijadikan satu refrensi pegangan pengajaran seorang guru, atau penelitian bagi para pengamat pendidikan. Meski terlihat lumayan tebal, jika dibuka, siapa pun akan tertarik untuk membacanya hingga akhir. Sisi menariknya, model penulisan sangat unik. Tidak seperti buku-buku lainya, buku ini diformat sedemikian menarik seperti pelampiran tabel, font yang dibut tebal dan besar, gambar-gambar karikatur, kata mutiara dan banyak lagi lainya. Begitu pula penyajiannya, penulis memakai behasa yang begitu renyah dan tidak asing didengar oleh orang yang masih awam. Meski begitu, tidak mengurangi tingkat keilmiahan yang dikandungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar